Memori di Suatu Pagi
ucy's cerpen
S
|
“Assalamualaikum..”
salam ku kepada ayah.
“waalaikumsalam.. hati-hati ya nak.” jawabnya sambil
tersenyum kepada ku.
Aku pun hanya membalas
dengan senyuman.
Memang hari itu Minggu, tetapi dengan
semangatnya aku ke sekolah dengan baju OSIS dan tas besar di punggungku. Aku
akan mengikuti Latihan Dasar Kepemimpinan di sekolah hari itu, yaitu suatu
kegiatan untuk melatih kedisiplinan sebagai seorang siswa dan juga OSIS. “Kok
sepi yah ?, apa aku terlalu pagi datang ke sekolah ?” fikirku.
Ternyata “Astaga !! Aku terlambat !!” ternyata
hanya aku saja yang belum masuk ke barisan untuk mengikuti upacara. Tanpa
berfikir panjang, ku lemparkan tas punggungku, dan aku pun berlari menuju
barisan.
Belum sempat masuk ke
barisan, Kak Hari, mantan ketua OSIS memanggilku dengan suara lantang.
“Heh kamu , cepat kesini !!”.
Jantung ini serasa mau copot, malu, deg-degan,
tapi seneng juga di panggil sama kak Hari yang terkenal cakep dan berwibawa itu.
“Kenapa kamu telat ?
masih pagi sudah buat masalah, mana kedisiplinanmu sebagai seorang OSIS ? baju
tidak rapi, tidak memakai peralatan upacara lengkap ! (bla , bla , bla )..
Hati yang
tadinya berbunga-bunga ini seakan layu saat mendengar ocehan kak Hari, sakit
memang , tapi apadaya itu memang salahku. Aku pun hanya tertunduk malu, dengan
sedikit senyum dari Desy seorang sahabat yang selalu memberi ku semangat.
Kegiatan demi
kegiatan pun mulai dilaksanakan. Berpanas-panasan, lelah, lapar dan haus pun
ditahan menjadi satu. Aku pun hanya mengeluh , tetapi ternyata bukan Aku saja
yang merasakannya , Desy pun kelihatannya sama. Dan Kak Hari , memang dia cakep
, sebenarnya dia baik, tapi kalau lagi kondisi seperti ini dia jutek banget.
Tapi tetap kelihatan berwibawa lah.
“Kak Hari.... Kak
Hari....” Tak tersadar Aku mengucapkan nama Kak Hari.
“Priiiiiitttttttttttt.......!!!”
Suara peluit pun bernyanyi-nyanyi, kami pun langsung melanjutkan kegiatan.
“Desy, kapan sih istirahatnya ? capek banget
tau !!” gumamku.
“Hust, sabar yah , jangan banyak protes ,nanti
kak Hari marah lagi lho !” katanya.
Mendengar nama
Kak Hari aku pun menjadi lebih semangat, rasa deg-degan itu masih tetap ada.
Tapi aku selalu berusaha untuk menghiraukannya hanya rasa angin lalu belaka. Makan
malam pun tiba, seorang kakak pembina menyuruh kami untuk masuk ke ruang aula.
“Dalam hitungan 10 detik, kalian harus sudah berada di aula, 1...2..” Disinilah
kita dilatih sigap dan cepat menjalankan perintah. Satu bungkus nasi pun dibagi
tiap kelompok.
“Hah, Cuma satu bungkus
kak ?” protesku.
“Diam! Jangan banyak protes !” Bentak salah
satu kak pembina.
“Udah, tidak apa-apa yah Lin , alhamdullah
saja yah kita masih di kasih rezeki hari ini.” Sahabat yang baik itu
menyemangatiku.
Padahal satu
kelompok terdiri dari enam orang. Kami pun hanya pasrah dan menikmatisatu bungkus nasi berenam. Dan disinilah letak kebersamaan
dan gotong royong kita. Kegiatanpun
dilanjutkan kembali,dan acara puncaknya yaitu hiburan. Setiap kelompok harus
mengirimkan perwakilan untuk mengisi acara. Desy yang selalu di sampingku ,
sekarang malah menghilang entah kemana.
“Perwakilan kelompok 1
harap maju ke depan “ kak Ovi memanggil kelompoku.
“Siap Kak !.”
kelompokku serempak menjawab.
Saatnya
kelompokku beraksi, dengan PD nya aku maju ke depan untuk bernyanyi, tidak aku
duga Kak Hari memintaku untuk berduet bersama. Degup jantung ini semakin
kencang, rasanya deg-degan dan keringat dingin pun mulai keluar saat kami
menyanyikan lagu “Terlanjur Cinta”. Bunga-bunga pun bermekaran di hati in,
rasanya aku ingin hentikan waktu, agar kebersamaan ku bersama Kak Hari tak
terhalang oleh waktu.
Tetapi disisi lain,
sepasang mata menatapku sinis.
“Kak Tria sepertinya
iri melihatku bersama kak Hari.” Fikirku.
Kak Tria memang teman
dekatnya Kak Hari, dekat banget , seakan-akan Kak Tria menyukai Kak Hari.
“Ah.. Gapapa lah ,
sekali-kali inih, hehe” gumam ku sambil tersenyum sendiri.
Malam pun mulai larut,
saatnya memejamkan mata dan mengistirahatkan lelahnya tubuh ini. Saat mata
lelahku ini mulai terpejam, aku mendengar ada yang memanggil namAku dari pintu.
“Panggilan untuk Alin
!.” katanya.
“Hmmm, iya siap Kak !”.
jawabku sambil mengucek mataku.
Ternyata yang
memanggilku adalah Kak Tria, aku pun bertanya-tanya, dan fikiran negatif pun
keluar dari otakku , mengingat tatapan sinis itu tadi malam.
“Ada apa Kak ?.” tanya
ku pada Kak Tria.
“Kamu di panggil Pak Heru.”
Jawabnya singkat , padat dan jelas ! mungkin.
Untunglah, bukan
seperti yang aku fikirkan. Aku pun menemui Pak Heru. Pak Heru yang mungkin
sedari tadi mengunggu ku pun langsung berbicara ( To The Point ).
“Alin, besok pagi
sebelum pukul 07.00, kamu harus mengumpulkan barang-barang untuk menebus
kesalahanmu yang terlambat tadi pagi!”. Katanya.
“Siap Pak , apa saja
barang-barang yang bapak minta?” jawabku.
“Kamu harus
mengumpulakan, karet gelang berwarna hijau 5 buah, 10 jenis tumbuh-tumbuhan,
bunga mawar merah 5 buah (bla , bla , bla)..
Tidak begitu ku
dengarkan perintah Pak Heru itu, yang ku fikirkan hanya mengistirahatkan mata
lelahku ini.
Saat hari masih
malam, tepatnya jam 2 pagi, kami dibangunkan untuk mengikuti renungan malam.
Air mata pun mengalir saat kita merenungi jasa-jasa seorang Ibu, memang aku
masih punya Ibu, tapi saat ini Ibu sedang jauh dariku, kasih sayang seorang Ibu
memang kurang ku dapatkan saat ini. Aku pun menagis tersedu-sedu, begitu pula
Desy dan teman-temanku yang lain. Suasana malam itu kelam.
Pagi pun tiba, semua
warga sekolah sedang sibuk dengan urusan meraka masing-masing. Begitu pula Aku.
“Alin, tolong ambilkan
air di dapur !” teriak seorang kakak.
“Alin, tolong belikan Aku
air minum donk !” kata seorang kakak lainya.
Saat kebersihan pun
sama.
“Alin , bersihkan
sebelah itu, ambilkan ini.. ambilkan ituu...”
“Arrgggghh,,, kenapa
hari ini aneh banget, banyak banget yang menyuruh ku, uughhh !!” Gumamku kesal.
Sampai-sampai aku lupa
kalau aku harus mencari barang-barang yang Pak Hetu minta.
“Astaga , aku lupa !.”
15 menit waktu yang
tersisa untuk mencari barang-barang itu. Dengan cepat dan sembarang ambil aku
pun mengumpulkannya.
Aku pun di panggil Pak
Heru.
“Mana barang-barang
yang saya minta Alin ?.” tanya Pak Heru.
“Hmmm, anu Pak, saya
belum mendapatkan semuanya..” Jawabku.
Aku pun di
marahi Pak Heru, dan lagi-lagi Kak Hari turun tangan, dan dia pun memarahi Aku
lagi. Kata-katanya begitu menyayat hati, sakit sekali dan malu juga di marahi
di depan semua teman-teman. Desy yang biasanya menyemangati aku pun, seperti
tidak pedulikan aku, dia acuh kepada ku.
“Apa kesalahanku sangat
fatal ? sampai teman-temanku menjauhi ku ?.” isakku dalam hati.
Ditambah lagi
Pak Heru meminta aku untuk meminta maaf di hadapan semua teman-teman. Tapi saat
ingin mengucap maaf, tepung dan telur pun di guyurkan ke kepalaku, dan ucapan
selamat ulang tahun yang ku dengar pertama kali dari Kak Hari.
“Selamat ulang tahun
ya, dek !” kata kak Hari, lembut sekali dengan menjabat tanganku,dan
mengacak-ngacak rambutku.
“eeeeeeeee... iya !”
jawabku , serasa mimpi
Aku tak menyangka hari itu 14 Juli, aku pun
telah berusia 14 tahun. Mereka merencanakannya tadi malam , saat aku sendiri
tanpa Desy saat hiburan. Terimakasih Bapak dan Kak pembina, hari itu takakan aku
lupakan. Pagi itu matahari menampakan senyumnya seraya mengucapkan selamat
ulang tahun untuk ku.
0 komentar:
Posting Komentar